Wonderful of Tenganan Pegringsing
Bali Aga memang sebuah kata yang pantas untuk
Desa tenganan Pegringsing, dimana saya melihat masih terjaganya secara alami
karakteristik Desa Tenganan yang hingga kini tetap diwariskan turun temurun tanpa
merubah baik dari segi lingkungan, penataan ruang\wilayah dan pemukiman
penduduk.
Desa Tenganan Pegringsing
Sesampainya
perjalanan saya di sana saya seketika merasakan kedamaian, dibenak sayapun
berharap semoga desa ini sebagai panutan desa-desa di bali, dimana
kesederhanaan itu jauh lebih indah dari pada hal yang lain. Seiring berjalannya
waktu, sayapun melihat teman lama saya yang berdomisili disana, sayapun di ajak
untuk mampir kerumahnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, sayapun mengikuti bliau
sambil berbincang-bincang tentang desanya sendiri, sesampainya di rumah bliau,
sayapun disuguhi sedikit penjamuan sambil melanjutkan perbincangan tadi, di
rumahnya, bliau menunjukkan karakteristik/cirri khas endek pegringsingan.
Salah Satu Kain Endek Tenganan Pegringsingan
Dimana
secara turun temurun harus diwariskan kepada anak cucu, baik itu endeknya
sendiri ataupun cara pengolahan/pembuatannya, dimana endek itu adalah endek
khas Desa Tenganan Pegringsing yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain. Seteah
usai berbincang soal endek sayapun mohon pamit sebentar untuk berkeliling di
desa tenganan, sambil melihat-lihat kerajinan lokal disana, sambil berjalan
sayapun melihat banyak pengerajin prasi yang menjual barang dagangannya di
pinggir – pinggir jalan.
Salah Satu Pengerajin Prasi yang Proses Pembuatannya di Pinggir Jalan
Ketika
melanjutkan perjalanan saya, Sayapun menghampiri kediammanya bapak I Wayan
Mudita Adnyana. Bliau adalah seniman prasi yang cukup ternama di desa tenganan,
beliaupun banyak memiliki piagam-piagam penghargaan sebagai pengerajin prasi. Adanya
prasi di Desa Tenganan Pegeringsingan secara pasti kapan dan siapa yang pertama
membuat tidak diketahui keberadaannya namun berdasarkan bentuk prasi yang ada
sekarang ini berupa prasi Ramayana dan Mahabharata pertama kali dibuat oleh I
Wayan Mudita Adnyana pada tahun 1972. Untuk bahan dan alatnyapun cukup unik
yaitu daun ental yang sudah kering, Kemiri yang dibakar dan dicampur minyak
kelapa sebagai bahan pewarnaan dan Pengerupak sebagai alat untuk menggambar di
prasi dengan cara di goreskan. Setelah melihat-lihat sambil berbincang dengan
bliau saya melanjutkan perjalanan mengelilingi desa disana, karena sudah cukup
puas dan ditambah capek sayapun kembali ke rumah teman lama saya untuk
beristirahat, sambil mengobrol dengan saudara-saudaranya, karena keasikan
mengobrol waktupun sudah menunjukkan sore, dimana ritual dan kegiatan budaya
yang saya tunggu-tunggu sudah hampir dimulai, dimana ritual yang pertama
dimulai adalah arak-arakan mengelilingi desa yang maksudnya saya belum tau
pasti dan setelah selesai langsung berlanjut ke perang pandan/mekare-kare.
Perang Pandan atau Mekare kare
Membawa Banten ke Pura
Karena
saya sudah terlanjur disana dan saya merasa sangat mengesankan kehidupan
masyarakat disana, sambil mengobrol sayapun lalu ditawarkan untuk diajak ikut
ke pura oleh keluarga teman saya, dan saya berpikir boleh juga, karena tidak
lengkap rasanya saya menikmati desa ini jikalau ada sesuatu kegiatan yang saya
tidak ikuti. Dan sayapun langsung bersiap-siap untuk ikut melihat-lihat ritual
di desa tenganan. Setelah usainya ritual sayapun kembali pulang ke rumah teman
saya bersama keluarganya. Karena waktu sudah menunjukkan malam, sayapun mohon
pamit ke teman saya dan sekeluarga di sana. Dan saya berkata kepada teman saya
tidak akan saya lupakan kenangan ini. Sungguh sebuah desa yang sangat luar
biasa dimana aspek-aspek pendukung yang ada di desa ini sangatlah kuat sehingga
tidak salah orang menyebutnya desa Bali Aga.
Inilah beberapa dokumentasi tambahan
yang saya ambil pada saat saya melakukan perjalanan di Desa Tenganan
Pegringsing :
Di Bidang Kerajinan
1. Kain Endek Pegringsingan
Jenis Kain Endek Pegringsingan
Peralatan yang digunakan
Endek Pegringsingan adalah jenis endek yang
hanya dimiliki oleh Desa Tenganan Pegringsing, dimana dari proses pembuatan
sampai proses pewarnaanya sama sekali masih alamai. tanpa menggunakan
teknologi. Semua proses tersebut masih menggunakan keahlian tangan. Lokasi
pemajangan dilakukan di rumah – rumah penduduk setempat, semua endek yang
dipajang memang untuk dijual, dan untuk harganya lumayan menguras isi kantong.
Dengan kisaran harga Rp 700.000,- sampai jutaan tergantung karakter dan
ukurannya.
2. Prasi
Tenganan Pegringsingan
Tokoh Pengerajin Prasi , I Wayan Mudita
Adnyana
Alat & Jenis Prasi
Bliau
adalah seniman prasi yang cukup ternama di desa tenganan, beliaupun banyak
memiliki piagam-piagam penghargaan sebagai pengerajin prasi. Adanya prasi di
Desa Tenganan Pegeringsingan secara pasti kapan dan siapa yang pertama membuat
tidak diketahui keberadaannya namun berdasarkan bentuk prasi yang ada sekarang
ini berupa prasi Ramayana dan Mahabharata pertama kali dibuat oleh I Wayan
Mudita Adnyana pada tahun 1972.
Di Bidang Kegiatan Budaya
1. Perang Pandan atau Mekare-kare
Proses Perang pandan atau Mekare-kare
Prosesi Ini disebut dengan Perang pandan atau
sering dibilang Mekare-kare, biasanya upacara ini diadakan setahun sekali
dan jatuh pada bulan juni. Perang
pandan ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak ataupun anak muda. Yang lebih
mengasikkan kegiatan budaya ini boleh diikuti oleh orang luar desa.
Di Bidang Keagamaan
1. Proses Keagamaan
Penari rejang dengan pakaian khas desa tenganan pegringsing
Pakaian adat khas tenganan
Prosesi ini adalah prosesi yang dilakukan setelah melakukan
perang pandan dimana proses ritual ini sama halnya seperti dilakukan di
desa-desa lain di bali akan tetapi perbedaanya ada pada pakaian dimana di desa
tengangn memiliki ciri khas tersendiri yaitu memakai endek pegringsing yang
sudah diwarisi dari turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar