Sabtu, 23 November 2013

Wonderful of Tenganan Pegringsing



Wonderful of Tenganan Pegringsing
Bali Aga memang sebuah kata yang pantas untuk Desa tenganan Pegringsing, dimana saya melihat masih terjaganya secara alami karakteristik Desa Tenganan yang hingga kini tetap diwariskan turun temurun tanpa merubah baik dari segi lingkungan, penataan ruang\wilayah dan pemukiman penduduk.   
 Desa Tenganan Pegringsing



Sesampainya perjalanan saya di sana saya seketika merasakan kedamaian, dibenak sayapun berharap semoga desa ini sebagai panutan desa-desa di bali, dimana kesederhanaan itu jauh lebih indah dari pada hal yang lain. Seiring berjalannya waktu, sayapun melihat teman lama saya yang berdomisili disana, sayapun di ajak untuk mampir kerumahnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, sayapun mengikuti bliau sambil berbincang-bincang tentang desanya sendiri, sesampainya di rumah bliau, sayapun disuguhi sedikit penjamuan sambil melanjutkan perbincangan tadi, di rumahnya, bliau menunjukkan karakteristik/cirri khas endek pegringsingan.
 Salah Satu Kain Endek Tenganan Pegringsingan


Dimana secara turun temurun harus diwariskan kepada anak cucu, baik itu endeknya sendiri ataupun cara pengolahan/pembuatannya, dimana endek itu adalah endek khas Desa Tenganan Pegringsing yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain. Seteah usai berbincang soal endek sayapun mohon pamit sebentar untuk berkeliling di desa tenganan, sambil melihat-lihat kerajinan lokal disana, sambil berjalan sayapun melihat banyak pengerajin prasi yang menjual barang dagangannya di pinggir – pinggir jalan.
 

Salah Satu Pengerajin Prasi yang Proses Pembuatannya di Pinggir Jalan



Ketika melanjutkan perjalanan saya, Sayapun menghampiri kediammanya bapak I Wayan Mudita Adnyana. Bliau adalah seniman prasi yang cukup ternama di desa tenganan, beliaupun banyak memiliki piagam-piagam penghargaan sebagai pengerajin prasi. Adanya prasi di Desa Tenganan Pegeringsingan secara pasti kapan dan siapa yang pertama membuat tidak diketahui keberadaannya namun berdasarkan bentuk prasi yang ada sekarang ini berupa prasi Ramayana dan Mahabharata pertama kali dibuat oleh I Wayan Mudita Adnyana pada tahun 1972. Untuk bahan dan alatnyapun cukup unik yaitu daun ental yang sudah kering, Kemiri yang dibakar dan dicampur minyak kelapa sebagai bahan pewarnaan dan Pengerupak sebagai alat untuk menggambar di prasi dengan cara di goreskan. Setelah melihat-lihat sambil berbincang dengan bliau saya melanjutkan perjalanan mengelilingi desa disana, karena sudah cukup puas dan ditambah capek sayapun kembali ke rumah teman lama saya untuk beristirahat, sambil mengobrol dengan saudara-saudaranya, karena keasikan mengobrol waktupun sudah menunjukkan sore, dimana ritual dan kegiatan budaya yang saya tunggu-tunggu sudah hampir dimulai, dimana ritual yang pertama dimulai adalah arak-arakan mengelilingi desa yang maksudnya saya belum tau pasti dan setelah selesai langsung berlanjut ke perang pandan/mekare-kare. 
Perang Pandan atau Mekare kare

 













Kegiatan budaya ini cukup terkenal baik itu di lingkungan Karangasem ataupun di Manca Negara. Kegiatan budaya perang pandan itu memang tergolong unik dan hampir mengerikan dimana bahan-bahan yang diapakai adalah prisai rotan sebagai penangkis dan daun berduri atau sering disebut dengan daun pandan sebagai senjata, daun pandan yang dipakaipun tidak sembarangan menurut perkataan orang setempat, daun yang dipakai adalah daun pandan yang tumbuh di kebun-kebun warga karena duri yang terdapat pada daun tersebut lebih lemah dan lebih cepat lepas, beda halnya dengan pandan yang hidupnya di tepi pantai duri yang terdapat pada daunnya lebih kuat menempel. Meskipun lebih lemah atau lebih kuat, saya melihat seketidaknya sama saja jika digosokkan ke kulit menyebabkan kulit terluka meskipun perbedaannya lebih keras terluka atau tidaknya akan tetapi tetap saja itu hal yang sangat fantastis dan juga sedikit mengerikan bagi yang tidak terbiasa melihatnya. Proses kegiatan budaya perang pandan ini menjadi nikmat dengan diiringi music khas desa tengana yaitu sloding, perang pandan tersebut tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa saja akan tetapi proses ini juga diikuti oleh anak-anak dan yang lebih mengejutkan lagi wisatawan yang berkunjung kesanapun boleh mengikuti kegiatan perang pandan tersebut asalkan mental dan daya tahan terhadap rasa sakit sudah dipersiapkan. Seiring berjalannya proses tersebut dan beberapa kali pemain sudah usai akhirnya proses kegiatan budayapun usai. Setelah usainya kegiatan tersebut para penduduk setempat mulai untuk pulang ke rumahnya masing-masing, untuk mempersiapkan diri karena penduduk setempat akan melakukan persembahyangan di pura yang berada di pojok dari desa tersebut
Membawa Banten ke Pura
 

Karena saya sudah terlanjur disana dan saya merasa sangat mengesankan kehidupan masyarakat disana, sambil mengobrol sayapun lalu ditawarkan untuk diajak ikut ke pura oleh keluarga teman saya, dan saya berpikir boleh juga, karena tidak lengkap rasanya saya menikmati desa ini jikalau ada sesuatu kegiatan yang saya tidak ikuti. Dan sayapun langsung bersiap-siap untuk ikut melihat-lihat ritual di desa tenganan. Setelah usainya ritual sayapun kembali pulang ke rumah teman saya bersama keluarganya. Karena waktu sudah menunjukkan malam, sayapun mohon pamit ke teman saya dan sekeluarga di sana. Dan saya berkata kepada teman saya tidak akan saya lupakan kenangan ini. Sungguh sebuah desa yang sangat luar biasa dimana aspek-aspek pendukung yang ada di desa ini sangatlah kuat sehingga tidak salah orang menyebutnya desa Bali Aga.
 
Inilah beberapa dokumentasi tambahan yang saya ambil pada saat saya melakukan perjalanan di Desa Tenganan Pegringsing :
Di Bidang Kerajinan
1. Kain Endek Pegringsingan
Jenis Kain Endek Pegringsingan 

Peralatan yang digunakan

Endek Pegringsingan adalah jenis endek yang hanya dimiliki oleh Desa Tenganan Pegringsing, dimana dari proses pembuatan sampai proses pewarnaanya sama sekali masih alamai. tanpa menggunakan teknologi. Semua proses tersebut masih menggunakan keahlian tangan. Lokasi pemajangan dilakukan di rumah – rumah penduduk setempat, semua endek yang dipajang memang untuk dijual, dan untuk harganya lumayan menguras isi kantong. Dengan kisaran harga Rp 700.000,- sampai jutaan tergantung karakter dan ukurannya.
2. Prasi Tenganan Pegringsingan 
Tokoh Pengerajin Prasi , I Wayan Mudita Adnyana

  

Alat & Jenis Prasi 
Bliau adalah seniman prasi yang cukup ternama di desa tenganan, beliaupun banyak memiliki piagam-piagam penghargaan sebagai pengerajin prasi. Adanya prasi di Desa Tenganan Pegeringsingan secara pasti kapan dan siapa yang pertama membuat tidak diketahui keberadaannya namun berdasarkan bentuk prasi yang ada sekarang ini berupa prasi Ramayana dan Mahabharata pertama kali dibuat oleh I Wayan Mudita Adnyana pada tahun 1972.

Di Bidang Kegiatan Budaya
1. Perang Pandan atau Mekare-kare 
 
Proses Perang pandan atau Mekare-kare


Prosesi Ini disebut dengan Perang pandan atau sering dibilang Mekare-kare, biasanya upacara ini diadakan setahun sekali dan  jatuh pada bulan juni. Perang pandan ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak ataupun anak muda. Yang lebih mengasikkan kegiatan budaya ini boleh diikuti oleh orang luar desa.

Di Bidang Keagamaan
1. Proses Keagamaan

Penari rejang dengan pakaian khas desa tenganan pegringsing


Pakaian adat khas tenganan 




Prosesi ini adalah prosesi yang dilakukan setelah melakukan perang pandan dimana proses ritual ini sama halnya seperti dilakukan di desa-desa lain di bali akan tetapi perbedaanya ada pada pakaian dimana di desa tengangn memiliki ciri khas tersendiri yaitu memakai endek pegringsing yang sudah diwarisi dari turun temurun.






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar